Pilih bahasa Anda EoF

Minggu Kelima Masa Prapaskah: saat doa dan belas kasihan

Belaskasihan dalam Injil: Jalan Iman dan Seni antara Belas Kasihan dan Penebusan

Setiap bagian Injil menunjukkan rangkaian momen Belas kasihan. Bagian ini menceritakan kepada kita tentang beberapa orang Yunani yang meminta Filipus, yang mungkin tahu bahasa mereka, untuk menemui Yesus. Filipus, yang rajin seperti biasanya, mengambil tindakan untuk mengabulkan keinginan itu dan bersama Andrew pergi kepada Yesus. Memimpin mereka yang mencari Tuhan kepada Yesus sudah merupakan tindakan belas kasihan terhadap manusia.

F._Campi_Vocazione_Pietro_e_Andrea
wikipedia.org

Lukisan yang dibuat untuk katedral Mantua pada tahun 1798 oleh pelukis Mantuan Felice Campi (1746/1817), adalah salinan akurat dari lukisan abad ke-16 karya Fermo Ghisoni yang dicuri dan kemudian hilang. Di sini Yesus digambarkan di tepi danau, memanggil dua murid pertama dan mengundang mereka untuk mengikutinya. Bukan Filipus melainkan Andreas dan Petrus, namun yang mencolok adalah sikap Kristus yang dengan gerak-geriknya mengajak dan tergesa-gesa berangkat, sedemikian rupa hingga kakinya seolah-olah hampir tidak menyentuh tanah. Tentu saja Filipus juga mempunyai dorongan kasih yang sama dalam menganugerahkan dan membawa orang-orang kafir itu kepada Sang Guru. Penggambaran tersebut sepertinya juga menggambarkan dengan baik perkataan Yesus saat menjawab Filipus: “Barangsiapa mau melayani Aku, baiklah ia mengikut Aku, dan di mana pun Aku berada, di situ juga hamba-Ku.” Tiga karakter bergerak, sangat ekspresif, dalam lanskap di mana warna-warna hangat menjadi protagonis dari lingkungan yang menenangkan.

Seminatore-Millet-Clark-Art-Institute
wikipedia.org

Yesus sekali lagi mengatakan sesuatu yang, pada saat ini, mungkin tampak sumbang dalam konteks itu: “jika sebutir gandum yang jatuh ke dalam tanah tidak mati, ia akan tetap hidup, jika mati, ia menghasilkan banyak buah.” Mungkin untuk menunjukkan gairah, kematian dan kebangkitannya yang akan segera terjadi. Adegan penabur telah diabadikan oleh beberapa seniman besar seperti Jean Francois Millet ( 1814/1875) , yang mengetahui betul realitas kehidupan di ladang. Berasal dari petani, ia secara pribadi mengabdikan dirinya untuk menggarap lahan untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari delapan orang anak, suatu kondisi yang diterima dengan rendah hati dan religius karena baginya itu adalah kehendak Tuhan. Tidak ada unsur pemberontakan atau kekasaran dalam karyanya, melainkan rasa manis dan pasrah yang menyatu dengan pembaharuan alam yang perlahan dan terus menerus, yang membutuhkan waktu dan pembusukan di dalam tanah agar telinga dapat bertunas. Di sini penulis telah menangkap sikap sakral dan khidmat seorang petani, yang dibuat dengan harapan bahwa biji gandum yang ditaburkan, di ladang luas yang dibajak, akan tumbuh dan dari pembusukan menuju bulir emas dan kaya.

G.B.Gaulli-Triumph_of_the_Name_of_Jesus
wikipedia.org

Perikop ini berlanjut dengan peristiwa yang tidak terpikirkan dan mencengangkan, karena terdengarlah suara dari surga: “Aku telah memuliakan dia dan akan memuliakan dia lagi.” Sebuah tema yang sulit untuk digambarkan, namun apa yang dilakukan Gaulli (1638/1709) untuk gereja Gesù di Roma antara tahun 1661 dan 1679 tidak ada tandingannya atau perbandingannya. Sesuai dengan gaya Barok, di sini lukisan, patung, dan arsitektur berpadu menjadi satu kesatuan yang menakjubkan dengan penguasaan yang begitu sempurna sehingga para pengamat akan takjub. Pokok bahasannya justru adalah pemujaan dan pemuliaan nama Yesus.” Taat sampai mati dan mati di kayu salib untuk itu Allah meninggikan dia…dan biarlah segala lidah mewartakan, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa” (surat kepada jemaat di Filipi). Demikianlah beberapa kata yang tertulis pada pita yang diangkat oleh para malaikat yang berada di antara sosok-sosok yang bergerak, naik dan turun tersebut. Di puncak sumber cahaya pusat terdapat monogram “IHS” dan dari sana terdapat serangkaian figur suci yang menghadap ke atas. Di bagian bawah, orang-orang terkutuk, dengan wajah tersiksa yang berangsur-angsur menjadi mengerikan, muncul dari tempat kejadian, tidak mampu mempertahankan cahaya ilahi nama Yesus. Perspektif meninggalkan aturan tradisional dan melipatgandakan ruang, figur-figur tersebut melayang dalam gerakan sentrifugal yang kaya akan detail berharga. Dalam efek ilusionistik yang spektakuler, protagonis juga menjadi cahaya keemasan di langit, yang menghidupkan dan menyempurnakan setiap elemen dalam warnanya.

rome_church_gesu_Gaulli
wikipedia.org

Komposisi yang megah dan indah ini tidak hanya memukau setiap penontonnya, namun juga membuat seseorang merenungkan kemuliaan yang telah Tuhan takdirkan bagi mereka yang beriman beribadah dan berharap kepada-Nya. Ini adalah salah satu bukti terbesar belas kasihan Allah terhadap orang berdosa yang bertobat.

                                                                              Paola Carmen Salamino

Foto

sumber

Anda mungkin juga menyukai